Mudah Tertidur? Waspadai Penyakit Ini

Published on 04 Oktober 2018

Mudah Tertidur? Waspadai Penyakit Ini

Pernah merasa bahwa Anda sangat gampang tertidur, dalam kondisi yang kadang orang normal merasa kesulitan untuk tidur? Misalnya dalam kondisi duduk menunggu antrian di apotek, atau saat guru sedang menjelaskan di kelas, atau sedang menonton film seru di bioskop?

Jika Anda sudah cukup waktu tidur namun masih saja mudah tertidur pada situasi seperti di atas, waspadai gangguan neurologi yang terjadi pada tubuh Anda.

Narkolepsi 

Narkolepsi adalah suatu gangguan tidur kronis, di mana terjadi kelainan pada saraf yang menyebabkan seseorang dapat tiba-tiba tertidur dalam waktu dan tempat yang mungkin tidak sesuai untuk tidur. Kelainan ini menyerang kemampuan seseorang untuk mengontrol waktu tidurnya.

Orang yang menderita narkolepsi mengalami kesulitan dalam mengendalikan rasa kantuk terutama di siang hari serta sulit untuk tetap bangun dalam waktu yang lama sehingga bisa tertidur kapan saja meskipun sedang beraktivitas.Tetapi hipersomnia barulah gejala, ada beberapa penyakit tidur dengan gejala kantuk berlebihan ini. Yang paling umum adalah sleep apnea dengan gejala mendengkur, sementara lainnya adalah periodic limb movements in sleep dengan gejala kaki yang bergerak periodik dalam tidur. 

Dulu, semua orang dengan hipersomnia disebut narkolepsi. Ini disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan tentang penyakit tidur. Narkolepsi adalah penyakit tidur ‘ngantukan’ yang pertama ditemukan. Sebelumnya, dunia medis sama sekali tak mengenal kantuk berlebihan. Baru belakangan ditemukan penyakit-penyakit tidur lain yang ternyata berbeda dengan narkolepsi. Akhirnya, muncullah istilah hipersomnia untuk membedakan narkolepsi dengan penyakit tidur lainnya. 

Narkolepsi adalah penyakit tidur yang menyerang sistem pengaturan tidur R. Tidur R adalah tahapan tidur dimana kita kebanyakan bermimpi. Akibat gangguan ini terjadi kekacauan antara kondisi terjaga dan mimpi. Bisa dikatakan seorang penderita narkolepsi tak benar-benar lelap saat tidur dan tak benar-benar terjaga saat bangun. 

Narkolepsi termasuk penyakit tidur yang jarang ditemukan. Hal ini diperburuk dengan tenaga medis yang tak terbiasa dengan penyakit-penyakit tidur. Bahkan Amerika dengan jumlah penderita narkolepsi satu dari 3.000 penduduk, hanya sekitar 25 persen penderita yang terdiagnosis. Itu pun butuh rentang waktu 3 hingga 15 tahun dari pertama kali gejala muncul hingga terdiagnosis. 

Gejala khas narkolepsi ada empat, yaitu hipersomnia, lumpuh tidur, halusinasi hipnagogic dan katapleksi. Hipersomnia adalah kantuk yang berlebihan. Berbeda dengan hipersomnia penyakit tidur lain, hipersomnia pada narkolepsi adalah yang paling berat. 

Lumpuh tidur dan halusinasi hipnagogic dikenal dengan sebutan ketindihan atau ereup-ereup di Indonesia. Ini terjadi karena menjelang bangun atau saat akan tidur, gelombang otak mimpi bercampur dengan kondisi terjaga. Bisa dikatakan berada setengah sadar dan setengah mimpi.

Akibatnya, muncul halusinasi hadirnya sosok lain di sekitar. Bisa berupa hantu, arwah, bayangan atau bahkan alien, tergangtung latar belakang kebudayaan seseorang. Kelumpuhan tidur adalah ciri khas dari tidur R dimana sebagai pengaman agar badan tak bergerak-gerak mengikuti isi mimpi, otot-otot dilumpuhkan. 

Jika Anda alami ini, bukan berarti otomatis menderita narkolepsi lho. Bercampurnya gelombang otak terjaga dan R bisa terjadi juga saat kita kelelahan akibat kurang tidur yang ekstrim. 

Katapleksi adalah kelumpuhan yang dipicu oleh emosi yang kuat, bisa emosi sedih, marah atau gembira. Kelumpuhan ini bersifat sementara, tapi sangat mengganggu, bahkan membahayakan.

Bagaimana cara menyembuhkan narkolepsi?

Sampai saat ini belum ada metode yang dapat menyembuhkan narkolepsi sepenuhnya. Tetapi beberapa gejala narkolepsi dapat ditangani dengan perubahan gaya hidup dan obat-obatan. Dokter akan meresepkan obat yang bisa mengontrol rasa kantuk di siang hari, mencegah serangan katapleksi, hingga meningkatkan kualitas tidur di malam hari. Tipe obat yang diberikan biasanya berupa stimulan yang dapat bekerja menstimulasi sistem saraf pusat untuk membantu penderita narkolepsi tetap terjaga di siang hari.

Memiliki jadwal tidur dapat membantu penderita narkolepsi mengatasi rasa kantuk yang berlebihan. Tidur siang selama 20 menit dapat membantu untuk mengembalikan konsentrasi. Usahakan juga untuk pergi tidur di malam hari serta bangun tidur di waktu yang sama setiap harinya. Menghindari alkohol dan nikotin serta rajin melakukan aktivitas fisik dapat membantu mencegah bertambah parahnya gejala-gejala narkolepsi.

Silakan kunjungi laman produk Inolabs Indonesia lainnya seperti Software Apotek, Software Klinik, dan Software Rumah Sakit yang semuanya berbasis web.

susah tidur gampang tidur insomnia narkolepsi gejala susah tidur obat susah tidur kenapa gampang tidur