Fakta Menarik Tentang Rumah Sakit di Indonesia

Fakta Menarik Tentang Rumah Sakit di Indonesia

Published on 03 April 2018

Fakta Menarik Tentang Rumah Sakit di Indonesia

Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas umum yang paling banyak dikunjungi oleh orang-orang. Baik di Indonesia maupun di banyak belahan dunia lainnya. Meski demikian ada banyak hal yang orang awam tidak ketahui mengenai banyak hal di rumah sakit.

Apakah anda penasaran? Nah kami sudah merangkum beberapa fakta yang bisa menjadi pengetahuan tambahan bagi anda, sehingga bisa memenuhi rasa penasaran anda. Yuk disimak!

Rumah sakit pertama di Indonesia adalah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
Mungkin kebanyakan orang awam menganggap RSCM merupakan rumah sakit pertama di Indonesia. Padahal sebenarnya RSPAD lah yang merupakan rumah sakit pertama di Indonesia. RSPAD pertama kali didirikan oleh pemerintah Kolonial Belanda sebagai rumah sakit militer pada tahun 1819.

RSCM bukanlah rumah sakit pendidikan pertama di Indonesia.
Sebelum pindah ke RSCM, mahasiswa STOVIA dahulu mengenyam pendidikan kedokteran di RSPAD yang juga merupakan rumah sakit pertama di Indonesia.

STOVIA bukanlah sekolah kedokteran pertama di Indonesia.
Sekolah kedokteran pertama di Indonesia adalah sekolah dokter djawa yang dapat ditempuh selama dua tahun. Setelah itu lulusannya akan diberikan gelar dokter djawa. Meski demikian pada kenyataanya dokter-dokter djawa ini kemudian dipekerjakan sebagai mantri cacar.

Dokter Marie Thomas merupakan dokter wanita pertama di Indonesia.
Marie Thomas lulus dari STOVIA pada tahun 1896. Hal ini merupakan sejarah yang penting karena pada awalnya STOVIA merupakan sekolah dokter khusus pria saja. Setelah peristiwa ini banyak perempuan-perempuan pribumi yang menempuh pendidikan dokter di STOVIA.

Puskesmas merupakan ide cemerlang dokter Johannes Leimena.
Puskesmas baru dibuat di Indonesia pada tahun 1956. Ide ini disebut cemerlang karena semenjak adanya Puskesmas, banyak masalah kesehatan yang ada di Indonesia dapat diselesaikan.

Sejak mengenal sistem BPJS, Indonesia telah mengenal sistem klasifikasi rumah sakit.
Saat ini rumah sakit di Indonesia terbagi menjadi 5 kelas yakni kelas A hingga kelas E. Masing-masing mulai dari kelas E hingga kelas A, memiliki fasilitas medis dan layanan yang berbeda. Kelas A merupakan kelas tertinggi dan kelas E merupakan kelas terendah.

Rumah sakit yang paling dihindari adalah yang terbaik
Rumah sakit pendidikan yang paling banyak dihindari oleh orang-orang awam, sebenarnya justru merupakan rumah sakit terbaik yang tersedia di Indonesia saat ini. Dari seluruh rumah sakit tipe A yang ada di Indonesia, seluruhnya adalah rumah sakit pendidikan kampus-kampus kedokteran tertentu. Misalnya RS Cipto Mangunkusumo yang merupakan rumah sakit pendidikan Universitas Indonesia, RS Dr. Sardjito yang merupakan rumah sakit pendidikan milik Universitas Gadjah Mada, hingga RS Syaiful Anwar yang merupakan rumah sakit pendidikan milik Universitas Brawijaya.

Do Not Rescucitate
Ada salah satu sistem yang amat asing di telinga orang Indonesia. Yakni sistem atau “kebijakan” do not rescucitate (DNR). Pernyataan DNR ini harus keluar dari mulut pasien apabila pasien sadar, ataupun keluarga pasien, jika pasien sudah tidak sadar sejak awal masuk rumah sakit. Di luar negeri sudah lazim pasien menginginkan dirinya menjadi pasien DNR. Artinya ketika sewaktu-waktu pasien tersebut sekarat, maka sesuai kehendaknya, seluruh personil rumah sakit dilarang melakukan tindakan penyelamatan pada dirinya.

IGD bukanlah tempat dimana anda wajib dilayani.
Salah satu persepsi yang salah namun berkembang dengan luas di masyarakat Indonesia adalah, jika anda masuk ke IGD alias Instalasi Gawat Darurat, maka anda harus selalu dilayani oleh dokter. Padahal tidak. Alasannya sederhana, jumlah tenaga medis yang ada amatlah terbatas, sementara jumlah pasien yang masuk sangat membludak.

Di IGD seluruh personilnya mengenal sistem triase, dimana pasien yang paling gawat akan ditangani terlebih dahulu.
Sementara pasien tidak gawat pada umumnya akan disuruh pulang, dan jika membutuhkan obat akan diberikan obat. Nah yang harus anda ketahui adalah, bahwa pasien gawat wajib ditangani dalam waktu amat cepat (rata-rata 10 sampai 15 menit), sementara pasien tidak gawat wajib ditangani dalam waktu yang cukup panjang (rata-rata 2 jam). Dengan kata lain jika anda mengalami batuk pilek, anda tidak boleh marah jika baru ditangani 1 jam kemudian!

Silahkan kunjungi laman produk Inolabs lainnya seperti Software Apotek, Software Klinik, dan Software Rumah Sakit yang semuanya berbasis web.

SUMBER ARTIKEL