Benarkah Jamu Aman untuk Dikonsumsi dan Menyehatkan?

Published on 18 September 2018

Benarkah Jamu Aman untuk Dikonsumsi dan Menyehatkan?

Jamu sudah menjadi bagian dari pengobatan tradisional Indonesia sejak dahulu. Bahkan ketika sakit, banyak yang menjadikan jamu sebagai pendamping pengobatan yang diberikan oleh dokter atau sebagai pengobatan utama. Beberapa jenis jamu telah melalui uji klinis, dan hasilnya memang memiliki manfaat bagi kesehatan.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menjabarkan bahwa yang dimaksud dengan obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, sekitar 60% penduduk Indonesia yang berumur lebih dari 15 tahun pernah minum jamu. Selain itu, 95% dari mereka yang minum jamu merasakan manfaatnya. Pengobatan tradisional dengan ramuan atau jamu juga dikonsumsi oleh sekitar 30% rumah tangga di Indonesia.

Namun, klaim jamu berkhasiat mengatasi berbagai masalah kesehatan masih membutuhkan bukti dan penelitian klinis lebih lanjut.

Jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka memiliki manfaat yang sama bagi kesehatan. Yang membedakan di antara ketiga jenis obat tradisional Indonesia itu adalah data pendukung atas manfaat obat, yaitu berdasarkan data empirik, data preklinik, atau data klinik.

Untuk menjadi obat herbal terstandar, obat tradisional harus memiliki bukti preklinik, yaitu sudah diujicobakan pengaruhnya pada hewan. Untuk menjadi fitofarmaka, harus memiliki bukti preklinik dan bukti klinik, yaitu uji coba pada manusia.

Meski keamanan obat tradisional sudah dijamin, BPOM tetap memantau efek samping obat tradisional yang beredar di pasaran. Sebelum beredar, uji dampak penggunaan obat dilakukan pada responden yang kondisinya hampir sama. Ketika beredar di masyarakat, obat dikonsumsi masyarakat luas dengan kondisi fisik dan tingkat kesehatan yang beragam sehingga pengontrolan efek samping tetap harus dilakukan. Dari pengawasan rutin yang dilakukan, BPOM masih sering menemukan jamu yang mengandung bahan kimia obat. Terbatasnya tenaga dan waktu pengawasan membuat peredaran jamu yang mengandung bahan kimia obat masih terjadi hingga kini.

Pada umumnya, konsumsi jamu memang tidak dilarang dalam dunia kesehatan. Namun sayangnya, jamu yang dijual di pasaran dalam bentuk jadi sering kali tidak menuliskan secara lengkap bahan-bahan tambahan yang digunakan.

Beberapa temuan bahkan mengungkap adanya bahan yang sebenarnya berbahaya bagi kesehatan.

Agar terhindar dari obat tradisional yang tidak aman, konsumen dapat mengecek nomor registrasi produk melalui situs BPOM ataupun menghubungi layanan pengaduan konsumen obat dan makanan di BPOM.

Jamu bisa menjadi teman, tetapi bukan tidak mungkin pada kemudian hari menjadi lawan. Memang tak semua jamu dalam kemasan mengandung zat berbahaya seperti steroid. Namun, bila ada penambahan steroid, keberadaannya sangat sulit dideteksi.

Karena itu, ada baiknya Anda membuat, meracik, dan mengolah sendiri jamu yang akan dikonsumsi. Dengan demikian, Anda tetap dapat menikmati manfaat jamu tanpa perlu khawatir akan efek sampingnya di masa depan.

Silahkan kunjungi laman produk Inolabs Indonesia lainnya seperti Software Apotek, Software Klinik, dan Software Rumah Sakit yang semuanya berbasis web.

jamu manfaat jamu khasiat jamu efek negatif jamu apakah jams aman cara membuat jamu jamu sehat uji kilnis jamu