4 Fakta Tetrodotoksin alias Racun Ikan Fugu

4 Fakta Tetrodotoksin alias Racun Ikan Fugu

Published on 20 Februari 2017

4 Fakta Tetrodotoksin alias Racun Ikan Fugu

Racun ikan fugu atau tetrodotoksin (tetrodotoxin) dikaitkan dengan pembunuhan Kim Jong-Nam, kakak ipar penguasa Korea Utara (Korut) Kim Jong-Un. Ini adalah salah satu racun mematikan yang belum ada penawarnya.

Sejumlah media menyebut Jong-Nam diserang dengan semprotan racun, yang diyakini mengandung tetrodotoksin. Dugaan penggunaan racun mematikan ini tidak kalah hebohnya dengan dugaan keterlibatan WNI (Warga Negara Indonesia) Siti Aisyah dalam kasus tersebut.

Tetrodotoksin diekstrak dari ikan fugu (puffer fish) atau ikan buntal, salah satu jenis ikan yang populer sebagai kuliner ekstrem di Jepang. Beberapa fakta tentang racun ini bisa disimak sebagai berikut, dirangkum dari berbagai sumber.

1. Melumpuhkan saraf

Tetrodotoksin bekerja dengan melumpuhkan sistem saraf, sehingga dikategorikan sebagai neurotoksin. Di dalam tubuh, racun ini memblokade ion natrium (Na+) sehingga tidak bisa menghantarkan sinyal listrik.

Kelumpuhan otot akan terjadi akibat gangguan sinyal di sistem saraf. Ketika kelumpuhan tersebut terjadi di bagian-bagian vital seperti otot jantung dan paru-paru, maka dampaknya akan fatal yakni mengakibatkan kematian.

2. Lebih kuat dari sianida

Pemerhati neuroscience dan biosecurity, dr Wawan Mulyawan, SpBS dalam emailnya kepada wartawan menyebut tetrodotoksin hanya butuh kadar 1-2 mg/kgBB untuk membunuh manusia. "Jika Kim Jong Nam beratnya sekitar 80 kg, maka dosis letalnya sekitar 100 mg (0,1 gram). Jauh lebih rendah dosis letalnya dibandingkan racun sianida yang 2-4 kali lipatnya untuk bisa menyebabkan kematian," jelasnya.

3. Bekerja cepat

Racun ini bisa membunuh ketika tertelan, terhirup atau masuk tubuh melalui suntikan. Butuh waktu 30 menit sejak racun ini tertelan, hingga efeknya muncul. Dengan suntikan atau semprotan (terhirup), bahkan cuma butuh hitungan menit untuk menyebabkan kematian.

"Kematian biasanya cepat terjadi karena ketidakmampuan untuk bernapas karena otot-otot pernapasan lumpuh," papar dr Wawan.

4. Tidak ada penawarnya

Hingga saat ini, beluma ada penawar racun tetrodotoksin yang disetujui penggunaannya pada manusia. Pada penelitian di laboratorium, telah ditemukan beberapa peluang antibodi monoklonal spesifik yang bisa dikembangkan sebagai penwar, namun belum ada yang memberikan hasil menggembirakan.

"Jika menyebabkan gagal napas, maka obatnya adalah masuk ICU (Intensive Care Unit) dan dipasang alat bantu napas permanen sampai efek racun hilang dengan sendirinya. Ini pun jika tidak merusak sel saraf yang ada di organ tubuh yang lain," kata dr Wawan.

Silahkan kunjungi laman produk Inolabs lainnya seperti Software Apotek, Software Klinik, dan Software Rumah Sakit yang semuanya berbasis web.

SUMBER ARTIKEL | SUMBER GAMBAR